Malang – Memiliki lahan yang tidak begitu luas bukan menjadi hambatan bagi Kota Malang untuk terus melakukan pembangunan dari segala lini hingga kini menjadi daerah terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya.
Secara geografis luas Kota Malang hanya 110 Kilometer persegi dan hanya 5 Kecamatan dan 57 Kelurahan, namun dari segi pembangunan baik infrastruktur, ekonomi, pendidikan hingga layanan publik tidak kalah dengan daerah lainnya.
Hal itulah yang dipaparkan Wali Kota Malang, H. Moch Anton saat menjadi keynote speaker dalam acara bertajuk “Penguatan Geopolitik untuk Kemandirian dan Daya Saing Bangsa dari Perspektif Geografi” di Aula Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang, Rabu (27/9).
Dalam paparan berjudul “Membangun Kemandirian dan Daya Saing Kota menuju Smart City” Wali Kota Malang yang akrab disapa Abah Anton itu membedah berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. Abah Anton menjelaskan, fondasi dasar untuk mencapai suksesnya pembangunan adalah terciptanya kondusifitas di dalam masyarakat. Hal itu dibuktikan oleh Kota Malang yang dinobatkan sebagai kota paling kondusif di Indonesia oleh pemerintah pusat.
“Dari suasana kondusif inilah tercipta berbagai pembangunan baik infrastruktur, SDM hingga ekonomi,” Kata Abah Anton.
Perubahan hal paling mendasar dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, yakni layanan publik telah digeber oleh Pemkot Malang selama ini. Proses administrasi kependudukan yang ribet dan memakan waktu lama telah dipangkas menjadi layanan publik yang berlandaskan pada teknologi. Hasilnya, layanan administrasi kependudukan bisa dilakukan pada seluruh kantor kelurahan serta ada pula beberapa yang sudah menggunakan aplikasi berbasis android dalam praktiknya demi memudahkan masyarakat.
“Selain itu saat ini kita juga bangun command centre yang tujuan adalah untuk menopang pelayanan publik dan pengawasan kinerja dari tingkat kelurahan hingga tingkat OPD, dan dari sinilah kita akan menuju smart city,” ujarnya.
Bukan itu saja, Wali Kota Malang menambahkan jika selama ini program sambung rasa atau blusukkan yang kerap dilakukan selama 2 minggu sekali merangsek dari kampung ke kampung juga merupakan upaya pemerintah dalam menjaring permasalahan masyarakat serta mencari solusinya.
“Selama ini saat blusukkan kami menemui beberapa rumah layak huni dan kita beri sentuhan bantuan agar mereka bisa menempati rumah yang layak,” tukasnya.
Dalam bidang ekonomi, Abah Anton juga menerangkan berbagai prestasi yang sudah berhasil diraih Kota Malang seperti meningkatnya angka prosentase perekonomian menjadi 5,6 persen diatas prosentase Jawa Timur, menekan angka inflasi hingga menurunkan angka kemiskinan menjadi hanya 4 persen dari total penduduk di Kota Malang.
“Menurunkan angka inflasi ini tidak mudah karena kita menerima 300 ribu warga baik dari mahasiswa dan masyarakat luar kota lainnya untuk mengadu nasib di Kota Malang dan alhamdulilah kita berhasil melakukan itu dalam beberapa waktu terakhir,” bebernya.
Kota Malang, lanjut Abah Anton juga gencar melakukan pembangunan infrastruktur dan yang paling banyak dirasakan masyarakat adalah perubahan wajah kota yang semakin indah seiring pembangunan massif berbagai taman kota dengan skema non-APBD atau melalui dana Corporate Social Responsibility (CSR).
“Pembangunan taman yang indah merubah wajah kota dan menarik wisatawan ini adalah hal yang positif sekali,” ungkap Abah Anton.
Tak lupa, pembangunan kampung tematik di beberapa kawasan juga menjadi program yang kini banyak dirujuk pemerintah daerah lainnya di Indonesia bahkan hingga level internasional. Sebut saja inovasi di Kampung Glintung Go Green (3G) yang berhasil membawa Kota Malang menembus Top 15 dari ratusan kota di dunia pada saat gelaran inovasi kota dunia di Guangzhou hingga Kampung Warna-warni dan Kampung Tridi yang kini namanya sudah banyak dikenal hingga seantero nusantara. (Sa)