ARTIKEL

Batik Organik Tembus Pasar Global

Kedungkandang, MC – Batik organik Buring adalah batik yang berbeda dengan batik pada umumnya, karena batik ini menggunakan bahan pewarna dari alam, yaitu dari berbagai tumbuh-tumbuhan. Selain ramah lingkungan dan tidak membahayakan perajin, dari sisi warna, batik ini lebih soft serta banyak diminati oleh wisatawan mancanegara.
Di sisi lain, proses pembuatannya pun sedikit berbeda dengan batik lain yang menggunakan bahan pewarna kimia. Sholehudin, warga Jalan Mayjen Sungkono Gang III Nomor 60 A, Buring, Kedungkandang, Kota Malang yang menekuni batik berbahan alami atau yang lebih dikenal batik organik.
Sejak tahun 2013 lalu, Udin sapaan akrab pria ramah itu, saat ditemui di rumahnya pada Selasa (18/09/2018) mengatakan dirinya memulai dan menyeriusi pembuatan batik, dan merekrut beberapa pekerja dari warga sekitar rumahnya. Tidak seperti batik pada umumnya, pria berusia 48 tahun itu menggunakan bahan dari alam atau tumbuhan sebagai pewarna batiknya.
Seperti dari secang, kulit kayu mahoni, daun mangga dan lain-lain, merupakan bahan pewarna alam yang digunakan Udin. Selain warisan leluhur, pewarna batik ini lebih ramah lingkungan, karena tidak merusak alam, serta tidak membahayakan kesehatan perajin.
Untuk prosesnya, satu kilogram bahan dicampur 10 liter air, lalu dikukus sekitar 30 menit hingga air tersisa satu liter. Setelah dingin, batik tulis atau batik cap karya pria dengan empat putra ini dicelupkan antara delapan hingga 10 kali. Kemudian batik diangin-anginkan atau dikeringkan di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung.
Dari pemasaran, Udin mengaku melakukan secara konvensional dan online, mulai dari batik-batik bermotif Malangan, Aceh, Medan dan nusantara, yang banyak di minati penyuka batik dari beberapa daerah di Indonesia dan bahkan luar negeri. Sebut saja penyuka batik organik dari Medan, Bali, Palembang, Perancis, Amerika Serikat, Inggris dan Malaysia.
Setiap lembar batik organik ini, dipatok mulai Rp400 ribu hingga Rp4 juta, dan kini Udin bisa beromzet hingga Rp40 juta setiap bulannya. Ke depan, dia berharap agar batik berbahan alami ini lebih dikenal dan menjadi kebanggaan masyarakat, terutama bagi bangsa Indonesia.
sumber : https://mediacenter.malangkota.go.id/2018/09/batik-organik-tembus-pasar-global/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *