ARTIKEL

Sistem Pertanian Hidroganik, Seperti Apakah Itu?

Klojen (malangkota.go.id) – Lama tidak terdengar kabar berita sejak tutup pada tahun 1992, alumni Sekolah Pertanian Mengah Atas (SPMA) Negeri Malang justru memiliki inovasi hebat. Melalui pertanian Hidroganik yang dikembangkan alumni sekolah yang ada di Jalan IR Rais Kota Malang ini berhasil mengembangkan pertanian di lahan terbatas dengan sistem yang ramah lingkungan, Selasa (6/3).
Hidroganik merupakan pertanian hidroponik namun menggunakan sistem organik yang menjadi babak baru dalam dunia pertanian di dunia. Penemuan ini berhasil mematahkan mitos bahwa pertanian hidroponik hanya bisa dilakukan dengan menggunakan pupuk kimia dan sintetis.
Bagusnya karya arek Malang ini membuat negara modern seperti Kanada tertarik untuk menggunakan sistem pertanian yang dikembangkannya.
Edi Siswanto, penemu sistem pertanian Hidroganik tersebut membenarkan bahwa dirinya sempat diminta pengusaha dari Kanada untuk menggunakan sistem Hidroganik yang dikembangkan saat ini. Namun permintaan itu ditolaknya sebab ia ingin sekali sistem ini bisa membumi di Indonesia.
“Sistem Hidroganik sudah teruji bagus untuk menanam sayuran dan juga padi. Sistem ini sangat pas untuk dikembangkan di perkotaan dengan lahan sempit,” jelas Edi, Selasa (6/3).
Berbagai uji coba dilakukan sebelum akhirnya bisa berjalan dengan baik seperti yang terlihat di kebun ramah lingkungan yang ada di SPMA. Kini dengan didukung teknologi yang sudah semakin maju, sistem ini bisa menjadi andalan petani untuk bisa memenuhi banyaknya permintaan pasar akan kebutuhan sayuran yang sehat dan ramah lingkungan.
“Sistem pertanian ini saya beri nama Hidroganik karena sistem ini bermain dengan menggunakan bahan-bahan organik,” jelas Edi lebih lanjut.
Dengan menggunakan media air dan arang sekam, sistem ini harus pas formulanya agar tanaman bisa tumbuh dengan baik. Jika air kurang bagus, maka dibutuhkan perlakuan khusus sehingga bisa bagus dengan tetap berpedoman tidak menggunakan bahan kimia dan sintetis.
“Karena tidak menggunakan bahan-bahan kimia dan sintetis, tentunya hasil pertanian Hidroganik pasti lebih sehat dan ramah lingkungan,” tegas Edi.
Ditambahkan oleh Manajer Sentra Pertanian Ramah Lingkungan, Abdul Mukhid, Hidroganik adalah salah satu unit kegiatan yang dikembangkan alumni SPMA dalam Hidro Farm. Selain Hidroganik di lahan Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) juga dikembangkan sistem pertanian hidroponik, kolam ikan, dan juga budi daya jamur.
“Bukan hanya untuk kegiatan bercocok tanam semata, di tempat ini juga didesain sebagai tempat pelatihan pertanian, edukasi sekaligus wisata bagi masyarakat,” kata Mukhid.
Melihat semangat para alumni SPMA dalam bahu membahu mengembangkan kegiatan pertanian untuk lahan di perkotaan ini, Mukhid optimis pertanian ramah lingkungan berprospek cerah. Banyaknya masyarakat yang saat ini sudah mulai penasaran dengan gebrakan alumni SPMA ini menjadi kunci sukses pertanian di tengah kota.
Sementara itu Ketua Ikatan Alumni SPMA Kota Malang Bambang Sutejo mengatakan bahwa pengembangan pertanian ramah lingkungan ini dilakukan alumni SPMA tahun 1921 sampai dengan 1992. Kegiatan ini merupakan salah bentuk kegiatan alumni untuk bisa memberikan sumbangsih bagi kemajuan pertanian di Indonesia.
“Banyak alumni SPMA yang menjadi pelaku pertanian yang sukses di Indonesia. Kegiatan yang ada di tanah STPP ini adalah kegiatan pertanian sehat ramah lingkungan,” ujar Bambang.
Kegiatan ini memang masih belum optimal, karena semua dana yang dikeluarkan oleh para alumni SPMA ini disampaikan Bambang adalah tanpa bantuan dari pihak lain. Dan kegiatan yang dilakukan ini merupakan bentuk rasa terima kasih para alumni kepada almamater.
“Arah budi daya pertanian yang dikembangkan alumni SPMA ini adalah untuk budi daya pertanian di lahan perkotaan yang sempit,” kata Bambang.
Selanjutnya dari kegiatan ini diharapkan bisa menjadi ajang edukasi bagi masyarakat luas bagaimana bisa tetap bertani dengan sistem yang ramah lingkungan meskipun lahan yang ada sangat terbatas.
“Meski masih banyak kekurangan, ke depan lokasi ini diharapkan tidak hanya menjadi tempat diklat saja, tapi lebih dari itu bisa dijadikan destinasi wisata yang digandrungi masyarakat,” pungkas Bambang. (cah/yon)
sumber : https://malangkota.go.id/2018/03/07/sistem-pertanian-hidroganik-seperti-apakah-itu/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *